Kamis, 24 Februari 2011

DAMPAK PENGGUNAAN PESTISIDA TERHADAP HASIL PANEN TANAMAN CABAI (Capsicum Annum)

PENDAHULUAN

Latar belakang

Cabai (Capsicum Annum) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia. Cabe merupakan tanaman perdu dari famili terong‐terongan yang memiliki nama ilmiah Capsicum sp. Cabe berasal dari benua Amerika tepatnya daerah Peru dan menyebar ke negara‐negara benua Amerika, Eropa dan Asia termasuk Negara Indonesia.
Tanaman cabe banyak ragam tipe pertumbuhan dan bentuk buahnya. Diperkirakan terdapat 20 spesies yang sebagian besar hidup di Negara asalnya.Masyarakat pada umumnya hanya mengenal beberapa jenis saja, yakni Cabe besar, cabe keriting, cabe rawit dan paprika. Secara umum cabe memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin. Diantaranya Kalori, Protein, Lemak, Kabohidarat, Kalsium, Vitamin A, B1 dan Vitamin C.
Salah satu masalah dalam peningkatan produksi dan kualitas mutu cabe adalah adanya serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) yang terjadi mulai dari pesemaian sampai pasca panen

Diantara OPT utama yang sering menimbulkan kerugian pada usahatani cabe adalah serangan penyakit dengan pathogen/ penyebabnya dari golongan virus. Serangan penyakit virus kuning pada tanaman cabe misalnya, telah menimbulkan kerugian besar bagi petani di daerah-daerah sentra cabe di Pulau Jawa dalam 3 tahun terakhir ini, karena akibat serangan geminivirus tersebut menurunkan produksi cabe hingga jauh dari produksi normal, yang kemudian berdampak melonjaknya harga cabe di pasaran dengan kisaran antara Rp 15.000 – 25.000/kg, bahkan di Jakarta pada tahun 2003 mencapai Rp.50.000,-/kg, terutama menjelang hari-hari besar nasional dan hari keagamaan. Kehilangan hasil yang diakibatkan oleh virus kuning pada tanaman cabe dapat mencapai antara 20 – 100 %

Untuk mengendalikan serangga vektor penyakit virus pada tanaman cabe petani masih mengandalkan penggunaan pestisida kimia sintetis, namun bila pemakaiannya tidak bijaksana dikhawatirkan menimbulkan residu pestisida pada produk buah cabe relatif tinggi, biaya produksi meningkat, bahaya terhadap kesehatan pekerja, juga menyebabkan pencemaran lingkungan hidup. Di era pasar bebas saat ini produk cabe yang tidak ramah lingkungan sulit bersaing karena konsumennya konsen dengan produk pertanian yang bermutu baik dan aman dikonsumsi.


PENGGUNAAN PESTISIDA

Pestisida secara umum diartikan sebagai bahan kimia beracun yang digunakan untuk mengendalikan jasad penganggu yang merugikan kepentingan manusia. Dalam sejarah peradaban manusia, pestisida telah cukup lama digunakan terutama dalam bidang kesehatan dan bidang pertanian. Di bidang kesehatan, pestisida merupakan sarana yang penting. Terutama digunakan dalam melindungi manusia dari gangguan secara langsung oleh jasad tertentu maupun tidak langsung oleh berbagai vektor penyakit menular. Berbagai serangga vektor yang menularkan penyakit berbahaya bagi manusia, telah berhasil dikendalikan dengan bantuan pestisida. Dan berkat pestisida, manusia telah dapat dibebaskan dari ancaman berbagai penyakit berbahaya seperti penyakit malaria, demam berdarah, penyakit kaki gajah, tiphus dan lain-lain.

DAMPAK NEGATIF PENGGUNAAN PESTISIDA

Sudah menjadi paradigma baru bagi para pengguna pestisida untuk keberhasilan usaha manusia, mengingat tingkat efektifitas dan efisensinya cara kerjanya dalam pengendalian hama maupun penyakit yang menjadikan pestisida sebagai dewa penyelamat produksi pertanian. Disisi lain dalam penggunaannya dilapangan telah menimbulkan berbagai macam permasalahan meliputi resistensi dan resurgensi hama, matinya musuh alami, kesehatan petani dan konsumen serta menimbulkan problematika ekologi ; pencemaran tanah, air, udara dan tanaman.

Tanaman cabe sangat rentan terhadap penyakit dan memiliki harga jual yang tinggi, sehingga mengakibatkan munculnya kebiasaan para petani untuk menyemprotkan pestisida pada tanaman, meskipun tidak ada hama (Cover Blanket System)i serta anggapan petani bahwa penggunaan pestisida = pupuk yang berakibat banyak para petani menggunakan pestisida lebih dari dosis yang dianjurkan pada kemasan pestisida tersebut.

Beberapa penggunaan pestisida yang dilakukan oleh para petani cabe
antara lain:
 Pada saat pemeraman benih yang bertujuan untuk mengecambahkan benih.
 Untuk mencegah gangguan cendawan pada persemaian
 Pencegahan Ulat Tanah dengan nama latin Agrotis ipsilon, ulat grayak, Lalat buah, Hama Tungau, hama thrips, Rebah semai, Layu Fusarium, Layu bakteri, Antraknose / patek, Busuk Phytophthora, Bercak daun Cercospora, Penyakit Virus dan Penyakit anthracnose buah.
 Penyakit busuk Phytopthora, Penyakit layu fusarium dan layu bakteri.
 Penyakit bercak daun cabe disebabkan oleh cendawan Cercospora capsici.

Akhir-akhir ini disadari bahwa pemakaian pestisida, khususnya pestisida sintetis ibarat pisau bermata dua. Dibalik manfaatnya yang besar bagi peningkatan produksi pertanian, terselubung bahaya yang mengerikan. Tak bisa dipungkiri, bahaya pestisida semakin nyata dirasakan masyarakat, terlebih akibat penggunaan pestisida yang tidak bijaksana. Dampak buruk penggunaan pestisida, antara lain :

1. keracunan dan kematian pada manusia; ternak dan hewan piaraan; satwa liar; ikan dan biota air lainnya; biota tanah; tanaman; musuh alami OPT;
2. Terjadinya resistensi, resurjensi, dan perubahan status OPT;
3. Pencemaran lingkungan hidup;
4. Residu pestisida yang berdampak negatif terhadap konsumen

MANFAAT PESTISIDA

Memang kita akui, pestisida banyak memberi manfaat dan keuntungan. Diantaranya, cepat menurunkan populasi jasad penganggu tanaman dengan periode pengendalian yang lebih panjang, mudah dan praktis cara penggunaannya, mudah diproduksi secara besar-besaran serta mudah diangkut dan disimpan. Manfaat yang lain, secara ekonomi penggunaan pestisida relatif menguntungkan. Namun, bukan berarti penggunaan pestisida tidak menimbulkan dampak buruk.




DAMPAK PENGGUNAAN PESTISIDA TERHADAP HASIL PANEN TANAMAN CABAI (Capsicum annum)

Pestisida adalah salah satu hasil teknologi modern yang mempunyai peranan penting dalam peningkatan kesejahteraan rakyat. Beberapa abad terakhir, penggunaan pestisida telah meningkatkan produksi pertanian secara signifikan. Penggunaan dengan cara yang tepat dan aman adalah hal mutlak yang harus dilakukan mengingat walau bagaimanapun, pestisida adalah bahan yang beracun. Penggunaan pestisida bertujuan untuk menekan populasi Organisme Pengganggu Tanaman ( OPT ) secara cepat dibandingkan dengan pengendalian lainnya

Menurut Sulistyono ( 2002 ), sudah menjadi rahasia umum baru bagi para pengguna pestisida untuk keberhasilan usaha manusia, mengingat tingkat efektifitas dan efisiensinya cara kerjanya dalam pengendalian hama maupun penyakit yang menjadikan pestisida sebagai dewa penyelamat produksi pertanian

Kita mengetahui bahwa pestisida sangat berguna dalam membantu petani merawat pertaniannya. Pestisida dapat mencegah tanaman cabai dari serangan OPT. Hal ini berarti jika para petani menggunakan pestisida, hasil panen tanaman cabai akan meningkat dan akan membuat hidup para petani cabai menjadi semakin sejahtera. Dengan adanya pemahaman tersebut, pestisida sudah digunakan di hampir setiap lahan pertanian.Tetapi. Di lain pihak dengan penggunaan pestisida , maka kehilangan hasil akibat OPT dapat ditekan, tetapi menimbulkan dampak terhadap lingkungan
Dengan adanya dampak buruk dari pestisida, para petani lebih dianjurkan menggunakan sistem pertanian organik yang tidak menggunakan bahan kimia sama sekali. Tetapi pertanian dengan metode ini juga memiliki resiko yaitu rentan untuk terserang hama. Tetapi hasil dari pertanian ini sangat sehat dan tidak akan mengganggu kesehatan.
Oleh karena itu, para petani diharapkan tidak terlalu banyak menggunakan pestisida dan melakukan pertanian organik. Pertanian organik ini sangat bermanfaat dan tidak memiliki efek samping yang membahayakan bagi lingkungan maupun tubuh.

KESIMPULAN

Peranan pestisida dalam sistem pertanian sudah menjadi dilema yang sangat menarik untuk dikaji. Berpihak pada upaya pemenuhan kebutuhan produksi pangan sejalan dengan peningkatan perumbuhan penduduk Indonesia, maka pada konteks pemenuhan kuantitas produksi pertanian khususnya produk hortikultura pestisida sudah tidak dapat lagi dikesampingkan dalam sistem budidaya pertaniannya. Mengingat penciptaan social culture yang telah tercipta sedemikian rupa oleh pemerintah tahun 1980-an dengan subsidi biaya penggunaan pestisida dan pendewaan pestisida sebagai penyelamat produksi dan investasi petani. Hingga saat ini ketergantungan petani terhadap pestisida semakin tinggi untuk menghasilkan kuantitas dan cosmetic appearance produk, hal ini disebabkan oleh kesimbangan ekologis yang sudah tidak sempurna (populasi hama tinggi musuh alami semakin punah).

Di pihak lain penggunaan pestisida membawa bencana yang sangat hebat terhadap kesehatan petani dan konsumen akibat mengkonsumsi produk hortikultura yang mengandung residu pestisida. Menurut WHO setiap setengah juta kasus pestisida terhadap manusia, 5000 diakhiri dengan kematian. Dampak lain yang tidak kalah pentingnya adalah timbulkan pencemaran air, tanah dan udara yang dapat mengganggu sistem kehidupan organisme lainnya di biosfer ini.